Viva la Vida adalah lagu yang diciptakan
Coldplay. Lagu ini terdapat dalam album mereka yaitu Viva La Vida Or Death
And All His Friends. Lagu ini meraih kesuksesan besar di pasaran
serta menempati urutan atas di berbagai chart lagu internasional seperti UK
Singles Chart dan Billboard Hot 100, dan lagu ini meraih Grammy Award for Song
of The Year pada Grammy Award ke-51 tahun 2009.
Viva
la Vida yang berarti “Long Live Life” ini memiliki unsur musikalitas
yang sangat baik, juga memiliki lirik lagu yang sangat menarik untuk ditelaah.
Lirik lagu Viva la Vida dapat membuat pendengarnya penasaran
karena memiliki ‘makna yang sangat dalam’. Pada lagu inilah seluruh personel
Coldplay menuangkan ide dan memberikan berbagai sudut pandang mengenai hidup,
sejarah, dan agama.
Lagu Viva la Vida memiliki banyak sekali referensi sejarah dan
keagamaan, dalam hal ini agama Kristen. Lirik Viva la Vida sangat
menarik untuk ditelaah per bagian. Lirik Viva la Vida terbagi
menjadi 5 bagian lirik dan 2 chorus.
Bagian 1:
“I used to rule the
world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own”
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own”
Pada
bagian pertama lagu ini, kita dapat melihat bahwa lirik lagu ini menceritakan
mengenai seseorang yang pernah menguasai dunia, atau setidaknya menjadi
penguasa suatu negara yang besar dan kuat. Apa pun yang dikatakannya selalu
didengarkan dan menjadi perhatian seluruh dunia. Penguasa tersebut kemudian
tiba-tiba kehilangan kekuasaannya dan menjadi orang biasa atau orang rendahan
di daerah yang dulu pernah dikuasainya. Dari raja menjadi pesuruh atau
pengemis.
Bagian 2:
“I used to roll the dice
Feel the fear in my enemy's eyes
Listen as the crowd would sing”
"Now the old king is dead! Long live the
king!"
Pada
bagian kedua, sosok yang menceritakan kehidupannya dalam lirik lagu Viva
la Vida menyatakan bahwa dia pernah menguasai dunia serta mengambil
resiko seperti bermain dadu dalam memperluas daerah kekuasaannya sehingga
membuat takut lawan-lawannya. Sosok ini memiliki kekuasaan yang sangat besar
sehingga rakyat memujanya karena dapat mengalahkan kekuatan penguasa
sebelumnya.
Bagian 3:
“One minute I held
the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand”
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand”
Bagian
ketiga lirik lagu menceritakan tentang sosok yang pernah berkuasa tersebut
selama beberapa waktu memiliki kekuasaan (‘the key’), tetapi terkurung di dalam
temboknya sendiri dan tidak dapat lagi memperluas daerah kekuasaannya. Sosok
ini menyadari bahwa pusat kekuasaannya (‘castle’) berdiri dalam kekuasaan
orang-orang yang penurut dan pembangkang serta cerdas dan bodoh. ‘Pillars of
salt’ merujuk pada istri Lot yang diubah menjadi pilar yang terbuat dari garam.
Cerita ini terdapat pada ‘Book of Genesis’ yang menceritakan tentang kota Sodom
dan Gomorrah. Istri Lot tidak mengikuti perintah malaikat yang melarangnya
melihat ketika kota Sodom dihancurkan di belakangnya. ‘Pillars of sand’ merujuk
pada referensi Kristen yang terdapat dalam Injil berupa ‘Parable of The Wise
and The Foolish Builders’ atau ‘House on The Rock’. Perumpamaan (parable)
ini menceritakan tentang orang bodoh yang membangun rumahnya dari pasir dan
orang bijak yang membangun rumahnya dari batu yang kuat.
Bagian 4:
“It was the wicked
and wild wind
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become”
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become”
Bagian
keempat lagu setelah chorus ini menceritakan bagaimana sosok dalam lirik lagu
ini mencapai kekuasaan dengan cara yang jahat dan kasar. Kekuasaan diraih
dengan menghancurkan rumah-rumah. Rakyat pun menjadi tidak percaya dengan sosok
yang menjadi berkuasa tersebut. Sosok penguasa menjadi seorang tirani karena
memiliki kekuasaan yang absolut.
Bagian 5:
“Revolutionaries wait
For my head on a silver plate
Just a puppet on a lonely string
Oh who would ever want to be king?”
Bagian
kelima lirik menceritakan tentang bagaimana sosok yang pernah berkuasa kemudian
jatuh dari kekuasaannya dengan nasib yang tragis. Kekuasaan yang dimiliki sosok
penguasa pada akhirnya dijatuhkan melalui revolusi. Revolusi dalam lirik ini
dapat mengacu pada Revolusi Prancis yang menggulingkan para penguasa Prancis. ‘Head
on a silver plate’ dapat mengacu pada pemenggalan kepala di Prancis
pada masa lalu dengan guillotine. Banyak penguasa Prancis yang
dipenggal kepalanya dengan guillotine ketika terjadi revolusi.
Istilah ‘head on a silver plate’ dapat pula mengacu pada peristiwa
pemenggalan kepala St. John the Baptism. Herod memenggal kepala John the
Baptism karena diminta oleh Salome yang menginginkan kepala John the Baptism di
atas piring perak. Selain itu, Herod menganggap John the Baptism sebagai musuh
yang berbahaya karena John the Baptism dianggap memiliki pengaruh yang kuat di
kalangan rakyat dan dapat menciptakan pemberontakan. Sang penguasa dalam
lagu Viva la Vida pun merasa seperti boneka yang digerakkan
oleh tali penggerak. Dengan segala nasib tragis yang diperoleh oleh sang
penguasa, siapa yang mau menjadi raja?
Chorus 1:
“I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field”
“I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field”
Pada
bagian chorus lagu pertama, lirik lagu yang dituliskan menceritakan mengenai
masa kekuasaan sosok penguasa dalam lirik lagu. Sosok penguasa tersebut
mendengar ‘Jerusalem Bell’ yang mungkin biasa digunakan oleh para pendeta
Yahudi. Maksud Coldplay menulis lirik ini mungkin untuk mengingatkan Perang
Salib di Yerusalem. Pasukan kavelari Romawi kemudian dituliskan bergerak untuk
melakukan perang atas nama agama. Pasukan kavelari Romawi seolah-olah
menyanyikan choir (paduan suara gereja) saat pergi berperang.
Kaca (mirror) dapat mengacu pada imej, pedang (sword) mengacu
pada kekuasaan, dan perisai (shield) mengacu pada kekuatan. Tiga hal
inilah yang menjadi sumbu kekuasaan sosok penguasa. Sosok penguasa dalam lagu Viva
la Vida ini melakukan penaklukan terhadap wilayah lain dengan dalih
agama. Dia mengatasnamakan agama dalam melakukan kekejaman dalam rangka
menaklukan daerah yang asing.
Chorus 2:
“For some reason I
can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world”
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world”
Bagian
chorus kedua, sosok penguasa menyadari bahwa pada titik tertentu dia mengakui
kejahatannya ketika memerintah. Dia menyadari bahwa dirinya tidak akan masuk
surga setelah kematiannya. Saint Peter dalam agama Kristen adalah rasul utama,
paus pertama Katolik, lalu dimuliakan menjadi santo (saint). Sosok
penguasa tersebut merasa namanya tidak terdapat dalam daftar manusia yang masuk
ke dalam surga. Sosok tersebut tidak pernah mengatakan kata yang jujur dalam
memerintah. Lirik lagu ini pun ditutup dengan menyatakan bahwa hal itu
(kejahatan dan kekejaman) terjadi dan dilakukan pada saat dia memerintah.
MAKNA LAGU MENURUT PERSONIL COLDPLAY :
Menurut Bassist Guy Berryman (dalam Q Magazine Juli 2008) :
"It's a story about a king who's lost his
kingdom, and all the album's artwork is based on the idea of revolutionaries
and guerrillas. There's this slightly anti-authoritarian viewpoint that's crept
into some of the lyrics and it's some of the payoff between being surrounded by
governments on one side, but also we're human beings with emotions and we're
all going to die and the stupidity of what we have to put up with every day.
Hence the album title."
Menurut Vokalis Chris Martin :
"It's about… You're not on the list. I was a
naughty boy. It's always fascinated me that idea of finishing your life and
then being analyzed on it. And it's that runs through most religions. That's
why people blow up buildings. Because they think they're going to get lots of
virgins. I always feel like saying, Just join a band (cackles head off). That
is the most frightening thing you could possibly say to somebody. Eternal
damnation. I know about this stuff because I studied it. I was into it all. I
know it. It's still mildly terrifying to me. And this is serious."
Menurut Drummer Will Champion :
"trying to
remember what's important in your life, rather than being carried away by the
trappings of other things.
Komentar
Posting Komentar